Sabtu, 19 Oktober 2019

SEPULUH TAHUN PERJALANAN KARIRKU

Sepuluh tahun aku menjadi guru. Kau tentu berpikiran hidupku sdh mapan. Dapat sertifikasi, golonganku di atas 4 karena byk penghargaan yang kuraih, baik tingkat lokal maupun nasional. Pun bukuku sdh lebih dr hitungan jari tangan maupun kaki. Paling tidak, gajiku di atas UMP jika melihat sekolahku yg favorit dg biaya uang gedung dan spp yg fantastis.

Jika itu yang ada dalam pikiranmu,  Alhamdulillah artinya kau selalu mendoakanku dan berprasangka yg baik.

Aku sebenarnya orang yang tak menuntut apa2. Toh aku tidak pernah protes saat gajiku dipotong meski ketidakhadiranku di kelas karena mendapat tugas dari dinas. Toh, aku tidak merasa iri ketika teman2 sejawatku yg baru tiga empat tahun mengajar sdh berubah statusnya menjadi GTY dan beberapa sdh mendapat sertifikasi. Toh, aku tetap diam saat kesempatanku mendapat kepercayaan dr dinas tiba2 digantikan oleh teman sejawatku.

Aku cukup tahu diri. Aku bukan seperti teman2 yg memiliki prestasi hebat, rajin puasa, rajin ikut liqa, dan hafal dalil2.

Kini kesempatan itu datang. Pendaftaran PPG dibuka. Hanya saja, aku tak berstatus GTY dan hak dasar sbg pendidik pun tidak punya. Sepuluh tahun aku mengajar, tetapi NUPTK pun aku tak punya.

Lalu, apakah aku salah jika meminta kewelasan pimpinan yayasan untuk menerbitkan SK yg semula GTT menjadi GTY? Apakah aku teramat lancang jika aku meminta diuruskan NUPTK yg selama ini tak ada perhatian sekolah, pdhl bukan sekali dua kali aku memintanya?

Pendaftaran PPG tahun ini sdh lewat. Hilanglah kesempatanku. Namun, aku yakin Gusti Allah selalu punya cara yg indah untuk kehidupanku. Nyatanya di tengah keterbatasanku, aku masih bisa tersenyum, masih bisa merasakan asin manis masakan, dan masih bisa berbuat untuk orang lain, minimal membuat istri dan anakku bahagia.

Semangat bekerja dan beramal!